Sabtu, 01 Mei 2010

Arab Saudi, Kuburan Buruh Migran Indonesia

Laporan HRW: Hak-hak PRT Disangkali di Arab Saudi

Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan atau Komnas Perempuan dan para aktivis pembela hak-hak buruh migran menyambut laporan terbaru lembaga pemantau hak asasi manusia yang berpusat di New York, Amerika Serikat, Human Rights Watch atau HRW, mengenai pelanggaran serius hak asasi manusia terhadap pekerja rumah tangga di Arab Saudi.

Pelanggaran itu bermuara pada tiga hal, yakni Hukum Perburuhan, keimigrasian, dan sistem hukum pidana di Arab Saudi yang tidak memberikan jaminan perlindungan pada korban, ujar HRW Ken Roth di Jakarta, saat peluncuran laporan 155 halaman yang berjudul Seolah Saya Bukan Manusia: Kesewenang-wenangan terhadap Pekerja Rumah Tangga di Arab Saudi. Nisha Varia, peneliti senior dari Divisi Hak Perempuan HRW, yang didampingi Sri Wiyanti Eddyono dari Komnas Perempuan, menambahkan, penelitian atas undangan resmi dari Pemerintah Arab Saudi itu antara lain menemukan, beban kerja berlebih dengan gaji tidak dibayar dalam rentang waktu beberapa bulan sampai 10 tahun adalah jenis pengaduan yang paling umum.

Hukum Perburuhan Saudi yang diamandemen dengan Dekrit Kerajaan, menyangkali jaminan hak bagi pekerja rumah tangga (PRT) yang kini berjumlah sekitar 1,5 juta, terutama berasal dari Indonesia, Sri Lanka, Filipina, dan Nepal. Banyak pekerja rumah tangga harus bekerja 18 jam sehari, tujuh hari seminggu. Ken Roth dan Nisha mengatakan, sistem kafala atau sponsor yang ketat di Arab Saudi, yang menggantungkan visa kerja pekerja migran pada majikannya, menjadi pemicu eksploitasi dan penganiayaan.

Sistem itu memberi kekuasaan yang luar biasa pada majikan. HRW mencatat sejumlah kasus di mana pekerja tidak dapat melepaskan diri dari kondisi yang meningkatkan risiko menjadi korban tindak kekerasan psikologis, fisik, dan seksual. Bahkan, tidak dapat pulang setelah kontrak kerja berakhir karena majikan menolak memberi izin. Setelah mewawancarai 86 pekerja rumah tangga, HRW menemukan 36 pekerja yang mengalami tindak kesewenang-wenangan yang berakibat pada terjadinya kerja paksa, trafficking, dan kondisi seperti perbudakan.

Tak mengejutkan

Sebagian temuan pelanggaran HRW itu sebenarnya tidak terlalu mengejutkan bagi para aktivis di Indonesia. Menurut catatan aktivis pembela hak buruh migran, Wahyu Susilo, sekitar 40 persen dari jumlah total penyiksaan dan kematian buruh migran asal Indonesia, terjadi di Arab Saudi. Setidaknya laporan ini akan menjadi peringatan bagi Pemerintah RI agar segera membuat perjanjian bilateral dengan pemerintah negara-negara penerima, termasuk Pemerintah Arab Saudi, untuk memastikan perlindungan pekerja migran berbasis HAM (hak asasi manusia), ujar Anis Hidayah dari Migrant Care. Ken Roth juga mengakui, berita tentang pelanggaran hak-hak buruh migran PRT di Arab Saudi telah lama diketahui. Dengan keluarnya laporan ini, menjadi momentum yang tepat untuk mencari pemecahan masalah buruh migran pekerja rumah tangga tersebut, ujarnya.

Ia mengusulkan agar negara- negara pengirim bersatu untuk melakukan perundingan dengan negara penerima agar posisi tawarnya seimbang. Laporan itu menyebutkan, terdapat lebih dari delapan juta buruh migran di Arab Saudi atau sepertiga jumlah penduduk negara itu. Mereka mengisi kekosongan di bidang kesehatan, konstruksi, dan pekerjaan domestik, yang mendukung ekonomi di negara asal, dengan mengirim sekitar 15,6 miliar dollar AS pada tahun 2006 atau hampir lima persen pendapatan kotor (GDP) Arab Saudi.



http://www.menegpp.go.id/en/index.php?option=com_content&view=article&id=89%3Alaporan-hrw-hak-hak-prt-disangkali-di-arab-saudi-&Itemid=1

Rabu, 28 April 2010

Seorang TKW di Arab Diduga Diperkosa 46 Orang


Jumat, 13 Maret 2009 17:35 WIB
Penulis : Maulana Fajar


JAKARTA--MI: Seorang Tenaga Kerja Wanita (TKW) asal Indonesia yang bekerja di Arab Saudi diduga telah diperkosa oleh 46 orang pria. Hal tersebut mencuat setelah diberitakan oleh sebuah situs di negara Arab www.saudigazette.com pada tanggal 29 Januari lalu.

"Identitas korban masih belum diketahui. Kita juga masih mencari tahu kebenaran berita tersebut, " ujar Ketua Pengurus Besar Gabungan Serikat Buruh Islam Indonesia (PB GASBIINDO), Soetito kepada wartawan, Jum'at (13/3).

Soetito menjelaskan dugaan kasus pemerkosaan itu terjadi sekitar bulan November 2008. Dalam situs tersebut dikatakan bahwa TKW yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga itu telah kabur dari tempat penampungan sponsornya di Al-Nuzha, Mekah.

Ketika dalam pelarian, wanita itu mengaku dibawa oleh oleh petugas keamanan setempat ke sebuah penginapan di distrik Al-Assaila. Di tempat itulah ia mengaku diperkosa secara bergantian selama beberapa hari.

Kasus ini juga telah ditangani oleh petugas kepolisian Mekah. 46 pria yang diduga melakukan pemerkosaan telah ditangkap. Namun, mereka kemudian dibebaskan kembali dengan jaminan.

Atas pemberitaan tersebut, PB GABSIINDO yang selama ini melakukan advokasi terhadap kaum buruh berusaha untuk mengetahui identitas dan keberadaan korban, "Kami sudah mengirim surat ke pihak Kementrian luar negeri agar bisa memberikan bantuan hukum," katanya.

Selain itu, PB GABSIINDO juga telah mengirimkan surat kepada Duta Besar Arab Saudi untuk di Jakarta pada 30 Januari lalu. Namun, ia mengaku hingga kini belum mendapatkan respon. (*/OL-02)

Rabu, 24 Februari 2010

Ulama Kuwait Kecam Fatwa Mati Ulama Saudi



KUWAIT- republika.co.id - Ulama terkemuka Kuwait telah menolak fatwa hukuman mati bagi yang melawan aturan pemisahan ketat antara laki-laki dan perempuan yang dikeluarkan seorang ulama Saudi. Mereka mengatakan bahwa fatwa seperti itu merupakan hasutan dan kekacauan dalam negara Islam. Tokoh agama Saudi Syekh Abdul Rahman Al-Barrak pada hari Selasa mengatakan bahwa pencampuran gender di tempat kerja atau di lembaga pendidikan agama dilarang

dengan alasan bahwa dengan pencampuran itu mereka dapat melihat apa yang tidak boleh dilihat atau berbincang dengan nonmuhrim. Mereka yang menolak untuk mematuhi pemisahan yang ketat antara laki-laki dan perempuan harus dihukum mati, katanya.



Namun, ulama Kuwait mengatakan bahwa fatwa seperti itu hanya keluar dari "orang yang pikun atau seseorang yang ingin menabur hasutan dengan membiarkan membunuh orang tidak berdosa."

"Pemerintah harus segera mengambil langkah tegas untuk memastikan bahwa tidak ada rakyat tak berdosa dibunuh atau dilecehkan oleh mereka yang hendak menerapkan fatwa," kata Dr Ajeel Al Nashmi, kepala GCC Liga Cendekiawan Agama.

Profesor Dr Bassam Al Shatti memperingatkan bahwa fatwa yang memperbolehkan membunuh orang adalah sangat berbahaya. "Hanya pihak berwenang memiliki hak hukum menerapkan hukuman. Tokoh agama dapat memberikan saran dan menjelaskan semuanya kepada orang-orang, tapi keputusan merupakan hak prerogatif penguasa, "katanya kepada harian Kuwait Al Watan pada hari Rabu (23/2). "Membiarkan orang untuk mengambil hukum ke tangan mereka akan mengakibatkan kekacauan sosial dan pembunuhan yang dilarang dalam Islam," imbuhnya.

Syekh Ahmad Hussain mengecam fatwa tersebut, mengatakan bahwa Islam sangat ketat tentang membunuh orang dengan sengaja. "Semua ajaran dalam Alquran dan dalam hadis Nabi menekankan bahwa membunuh tidak diperbolehkan. Allah berkata bahwa 'barang siapa membunuh seorang mukmin itu seolah-olah ia membunuh seluruh kehidupan manusia'. Jadi kita harus berhati-hati mengeluarkan fatwa yang mendorong atau mengizinkan orang untuk membunuh orang lain," katanya. "Sayangnya, ada ulama yang membahayakan agama melalui fatwa yang aneh. Hanya penguasa negara yang berhak untuk mengambil tindakan terhadap mereka yang harus dihukum," imbuhnya.


Ulama Saudi: Yang Mengizinkan 'Ikhtilat' Boleh Dibunuh


Eramuslim.com - Seorang ulama resmi Saudi senior menyatakan bahwa halal untuk dibunuh yang mengizinkan "Ikhtilat" antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya di lapangan pendidikan maupun pekerjaan. Syaikh Abdul Rahmah Al-Barrak salah seorang ulama Saudi senior dalam pesannya yang disampaikan lewat situsnya, dengan tegas menyatakan bahwa Halal dan boleh dibunuh bagi orang-orang yang mengizinkan percampuran/ikhtilat

antara laki-laki dan perempuan di lapangan pendidikan maupun pekerjaan, dan ia menyebut orang yang membolehkan hal ini adalah Kafir dan telah murtad dari Islam.

Syaikh Al-Barrak juga mengecam seseorang yang membiarkan saudara perempuannya atau istrinya untuk bekerja dan belajar di tempat yang terjadi ikhtilat, dia menganggap orang tersebut tidak memiliki rasa kecemburuan.

Pernyataan ulama resmi senior ini tentu saja akan menimbulkan polemik berkepanjangan, sebelumnya seorang anggota dari dewan ulama senior Saudi - Syaikh Dr. Saad bin Abdul Aziz bin Nassir Shitri terpaksa harus dipecat dari posisi sebagai ulama senior, karena berani secara terang-terangan mengecam pendirian kampus milik raja Abdullah Saudi, King Abdullah University of Science and technology (KAUST) yang membolehkan para mahasiswanya bercampur baur di ruang kelas maupun semua tempat yang ada dikampus super modern tersebut. KAUST sendiri secara resmi dibuka pada akhir bulan September tahun lalu.(fq/alqudsalarabi)


Read more about Fiqhislam.com - Pustaka Muslim Indonesia by www.fiqhislam.com

Sabtu, 02 Januari 2010

Jin Arab Masuk Pengadilan


MADINAH, SENIN - Gemas gara-gara terganggu ulah jin, satu keluarga di Arab Saudi menyeret satu jin ke pengadilan. Tuduhannya, jin itu suka melemparkan batu ke rumah. Tak cuma itu, jin tersebut dituding mencuri hape si empunya rumah.

Surat kabar Al Watan, Senin (13/7), menyebutkan, adalah satu keluarga yang melayangkan surat tuduhan itu ke pengadilan di Kota Madinah. Sayang, kepala keluarga tak hendak disebutkan namanya ke publik.

Keluarga itu telah tinggal di rumah sama dekat kota Madinah selama 15 tahun. Namun, mereka baru-baru ini sadar keberadaan jin tersebut. Alhasil, keluarga tersebut sekarang telah keluar dari rumah.

Menurut pandangan Islam, jin adalah mahluk halus yang dapat mengganggu atau masuk ke tubuh manusia.

"Kami mulai mendengarkan suara-suara aneh," kata kepala keluarga itu yang datang dari Mahd Al Dahab, kepada harian di Arab Saudi itu.

"Pertama-tama kami tidak menganggapnya serius, namun ketika suara aneh itu mulai terjadi dan anak-anak ketakutan ketika jin itu mulai melemparkan batu," katanya.

Dia menambahkan, "Pertama, suara seorang perempuan berbicara kepada saya dan kemudian seorang pria. Mereka bilang kami harus keluar dari rumah."

Sebuah pengadilan lokal sedang menyelidki kasus ini. Pengadilan pun memeriksa kebenaran klaim itu "meskipun sulit" melakukannya.(Kompas.com)

Inna lillah! Mesir Bangun Dinding Baja di Perbatasan Gaza

Mesir memulai pembangunan sebuah dinding logam besar di sepanjang perbatasannya dengan Jalur Gaza. Langkah itu dilakukan untuk menutup terowongan-terowongan yang dipakai untuk menyelundupkan barang.Dinding itu direncanakan memiliki panjang 10-11 kilometer dan akan berada 18 meter di bawah permukaan tanah.

Para pekerja Mesir dibantu oleh insinyur dari kemiliteran Amerika, yang menurut laporan BBC mendesain dinding tersebut. Rencana tersebut selama ini menjadi rahasia, dan sejauh ini belum ada komentar atau konfirmasi dari Pemerintah Mesir.

Dikutip dari BBC, Kamis (11/12/2009), pembangunan dinding itu akan memakan waktu 18 bulan.

Selama beberapa pekan, para petani lokal telah melaporkan adanya aktivitas di perbatasan, di mana pepohonan ditebangi. Namun tidak banyak di antara mereka yang menyadari sebuah palang penghalang tengah dibangun. Maklum, dinding penghalang yang dibuat dari baja superkuat itu disembunyikan di bawah tanah.

Menurut informasi yang diperoleh, dinding-dinding logam itu dibuat di Amerika Serikat, dan telah diuji untuk memastikan tahan terhadap bom. Dinding itu konon juga tidak dapat dipotong atau meleleh. (okezone)

Jumat, 11 Desember 2009

Bush dan Zionis Berjubah



“Kamu tidak akan mendapati sesuatu kaum yang beriman kepada Allah dan hari akhirat, saling berkasih sayang dengan orang-orang yang menentang Allah dan Rasul-Nya, sekalipun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak,
atau saudara-saudara ataupun keluarga mereka.”
(Qs. Al Mujadilah : 22)

“Janganlah orang-orang mu’min mengambil orang-orang kafir menjadi wali
dan meninggalkan orang-orang mu’min.
Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah…”
(Qs. Ali-Imran : 28)

Rasululah SAWW bersabda, “Sesungguhnya Allah melindungimu dari kepemimpinan orang-orang dungu.” Ka’ab bertanya, “Apakah kepemimpinan orang-orang dungu itu ?”. Beliau berkata, “Yaitu para penguasa yang ada setelahku, mereka tidak mengikuti tuntutanku, dan mereka tidak meneladani sunnahku. Siapa yang membenarkan mereka dengan kebohongannya dan membantu mereka di atas kezalimannya, maka mereka itu bukan bagian dariku dan aku bukan dari mereka, serta mereka tidak akan menemuiku di atas telagaku. Dan siapa yang tidak membenarkan mereka dengan kebohongannya dan tidak membantu mereka di atas kezalimannya, maka mereka itu bagian dariku
dan aku bagian darinya serta akan menemuiku di atas telagaku.”
(HR. Ahmad, haditsnya Shahih)

“Tidak ada yang merusak agama ini, kecuali raja,
dan para ulama su’u serta para rahibnya.”
(Syaikh Abu Muhammad Al-Maqdisi)

Sabtu, 28 November 2009

Penyelewengan Wahabi dalam Sahih Bukhari

Sayang sekali setiap kali kita melihat kitab Ahlusunnah, jikalau ada yang bertentangan dengan pandangan Wahabi, maka mereka berusaha menghapuskannya karena bimbang timbulnya kebenaran. Kerja ini jelas buruk akhlaknya dan tidak beramanah.

Bersamalah kita saksikan Sahih Bukhari cetakan Darul Fikr - Beirut

دار الفكر - بيروت





Di sini hadis Bukhari menukilkan tentang perkahwinan Mut'ah

Terjemahan:

Imran bin Hushain berkata: Ayat Mut'ah dalam kitab Allah telah turun dan kami melaksanakannya bersama Rasulullah dan ayat pengharamannya tidak diturunkan dan tidak dihalang melakukannya hingga nabi yang mulia wafat. Datang seorang lelaki dan dengan pandangannya sendiri menitahkan menurut kehendaknya. Muhammad mengatakan: Mereka berkata dia ialah Umar.

Seperti yang disebut: "datang seorang lelaki dan dengan pandangannya sendiri menitahkan menurut kehendaknya"

Maksudnya ialah: seorang lelaki mengharamkannya. Disebut juga "Muhammad berkata: mereka mengatakan beliau ialah Umar" Iaitu Muhammad Ismail Bukhari (Pemilik kitab) berkata: beliau ialah Umar.

Sekarang titik tolak di sini ialah. Sayangnya mereka siap sedia menafikan amalan tersebut sekaligus menentang sunnah nabi (s) dalam cetakan Bukhari yang baru seperti dalam 3 cetakan Darul Ihya Beirut, Darul Kitab al-Alamiyah - Beirut, Darul Mu'arif- Beirut.









Terpulanglah kepada anda menilainya.


http://reyhane-masoumah.blogspot.com/

Selasa, 24 November 2009

SAUDI Memang Saudara Israel

Saudi oh Saudi. Sementara Yahudi Israel sibuk membangun kota dan perumahan di Jerusalem, negera yang dipimpin oleh Raja Abdullah itu terlibat dalam penyediaan trem atau kereta api yang akan beroperasi di Jerusalem, tentunya untuk kepentingan orang-orang Yahudi.

Adalah Haramain Express yang menjadi konsorsium dana penyediaan trem ini. Haramain bekerja sama dengan perusahaan sejenis asal Prancis, Alstom Transport. Keduanya adalah sebagian dari grup perusahaan yang membangun jaringan kereta api atau trem itu di Jerusalem, yang diharapkan untuk memperluaskan Jerusalem dan koloni Yahudi di Tebing Barat yang sudah diduduki.

Keikutsertaan Saudi ini jelas menjadi kontroversi. Perusahaan Saudi yang menangani projek ini tidak memberikan komentar apapun. Sekadar informasi, perusahaan Perancis yang diajak bekerja sama ini telah lama menjadi target boikot di Eropah, serta menghadapi perkara hukum yang oleh kelompok advokasi Asosiasi Solidaritas Perancis-Palestin di Paris.

Disinyalir dalam kes proyek ini, mantan presiden Prancis Jacques Chirac terlibat. Sedangkan Liga Arab dengan tegas telah menyatakan bahwa Saudi harus menghentikan projek Jerusalem itu. (sa/gulfn)


http://satuumat.blogspot.com/2009/06/saudi-memang-saudara-israel.html

SAUDI Kerjasama dengan MOSSAD


Semakin hari, semakin aneh tindak-tanduk Arab Saudi. Negara tempat dilaksanakannya ibadah haji ini baru-baru ini dilaporkan mempunyai hubungan yang khusus dengan agen perisikan Israel, Mossad.

Awal tahun ini, Meir Dagan, ketua Mossad sejak tahun 2002, sudah menjalin perbincangan dengan pemerintahan Saudi untuk membangun landasan terbang untuk Israel. Dagan meyakinkan perdana menteri Benjamin Netanyahu bahawa tampaknya Saudi tak keberatan sama sekali akan proposal ini.

Akhbar-akhbar dari Israel bahkan sudah menurunkan berita bahawa para pegawai tinggi Israel, seperti Ehud Olmert, ikut terlibat perbincangan ini dengan para keluarga kerajaan Saudi. Laporan ini dibantah oleh Saudi.

Sebuah sumber diplomatik mengatakan bahawa setujunya Saudi bekerja sama dengan Israel tidak lain melihat dari kepentingan jangka panjang dari Saudi pula yang sedang membangun kekuatan militer. Bahkan sejak jauh-jauh hari, Saudi menjalin hubungan kerja sama dengan AS.

Mossad dipercayai berada di belakang semua kerja sama antara Saudi dan Israel ini. John Bolton, mantan duta besar AS untuk PBB yang baru-baru ini mengunjungi Saudi, mengatakan bahawa sangat mungkin dan masuk akal bagi Israel menggunakan Saudi sebagai basis pangkalan militernya. “Keduanya (Israel dan Saudi) tak akan mengatakan apa-apa kepada publik.” ujarnya. (sa/sndytms)

Sumber : http://satuumat.blogspot.com/2009/07/saudi-kerjasama-dengan-mossad.html

Ulama Arab Saudi Ditangkap Karena Serukan untuk Serang Israel

Riyadh (ANTARA News) - Seorang ulama terkemuka Arab Saudi ditangkap karena menyerukan untuk menyerang warga Israel di seluruh dunia sebagai balasan terhadap serangan Israel ke Gaza.

DPA yang mengutip media Saudi pada hari Rabu melaporkan bahwa Sheikh Awad al-Qarni mengeluarkan fatwa pada hari Senin yang menyebut "darah orang Israel halal selama mereka menumpahkan darah saudara kita di Palestina."

Koran al-Rasad melaporkan bahwa al-Qarni ditangkap di Saudi Selatan dan telah dibawa ke Riyadh. Polisi tidak mau berkomentar atas penangkapan itu.

Dalam beberapa hari terakhir, fatwa al-Qarni banyak dibicarakan di situs-situs Internet, tulis koran tersebut.(*)

http://www.antara.co.id/view/?i=1230775365&c=INT&s=

Senin, 26 Oktober 2009

Saudi Wahabia Setia Sampai Mati Pada Zionis

Keluarga Saudi selama ini mengklaim diri mereka sebagai “Pelayan Haramain”, tetapi kenyataan yang benar adalah mereka budak zionis. Sejak awal Saudi Wahabia berkomplot mendukung dan rela zionis menduduki Palestina.

Sumpah setia mereka kepada zionis dinyatakan dalam sebuah dokumen yang ditandatangani sendiri oleh Ibnu Saud.

Dalam dokumen tersebut juga tersirat adanya kesepakatan sebelumnya bahwa Saudi Wahabia akan dijamin tetap berkuasa asal Palestina diberikan kepada kaum Zionis. Hal ini ditunjukkan oleh pernyataan Ibnu Saud: “I…..also believe that Britain does not leave its view even tip”, yang maksudnya kurang lebih “Saya juga meyakini bahwa Inggris tidak akan bergeser dari pandangannya walau seujung jari pun”.

dokumen-raja-saudi

Saudi Arabia and Zionists, Brothers until victory or death

Book on workshops Daily: Saudi Arabia and the Zionist Brothers until victory or death

Its published manuscripts of the book had been prepared and researcher of Israeli anti-racist Zionist Professor Israel Shahak, the manuscript written in Hebrew, the colleague Yitzhak Sarai translated into Arabic and disseminating the disposal (because he did not complete) on a daily workshops.
In the book shows the late thinker, the critical role played by Britain in creating racial entity in Saudi Arabia and his brother Talmud in Palestine.
The document was signed by Ibn Saud of the French pledge to give Palestine to the Jews (”I’m the Sultan Abdul Aziz Bin Abdul Rahman Al Saud al-Faisal acknowledged and admitted to Sir Percy Cox delegate of Great Britain, I have no objection to give Palestine to the Jews or other poor also believe that Britain does not leave its view even tip”)

Ibn Saud had served head of the Zionist state and dreaming for this moment in the future.
Picture of Ibn Saud gathering and King Faisal of Iraq and leaders of the Zionist Organization on board Lauren in 1949.

saudizionis

A Zionist Engineer built the first palaces in Saudi Arabia and Ibn Saud did not even send blankets and food to displaced Palestinians.

Zionist Engineer built the first palaces in Saudi Arabia and Ibn Saud did not even send blankets and food to displaced Palestinians.

istana-saudi

PANGKALAN MILITER AMERIKA DI TIMUR TENGAH

Bukti Nyata Pengkhianatan Para Penguasa Arab

Tahun 1987 pernah terbit sebuah tulisan yang berjudul “Kesepakatan yang Mengikat Antara Amerika Serikat dan Negara-Negara dalam Dewan Kerjasama Teluk.” Tulisan tersebut dipersiapkan oleh Husain Musa dan diajukan oleh Said Sayf yang kemudian diterbitkan sebuah media di Beirut. D sini, kami sekedar ingin mengingatkan kembali sebagian isi dan penjelasan mengenai kesepakatan tersebut. Sebab, dalam tulisan tersebut terungkap keserakahan Amerika di wilayah Teluk sejak beberapa tahun yang lalu, jauh sebelum Perang Teluk I dan sebelum Peristiwa II September 2001.

Pada bagian yang paling awal, tulisan tersebut mengungkapkan:
Kehadiran militer Amerika dalam jumlah banyak di Teluk Arab sejak paruh terakhir tahun 1987, yang dibawa oleh sebuah kapal, dan dengan membawa kapal-kapal penyapu ranjau multinasional Eropa, tidak datang secara tiba-tiba; tidak pula karena perkembangan Perang Irak-Iran, atau karena kebutuhan Kuwait untuk menjaga tangki-tangki minyaknya dan berbagai serangan udara. Akan tetapi, kehadiran militer Amerika itu, di satu sisi dimaksudkan sebagai bentuk pengukuhan hubungan Amerika yang bersifat hegemonik atas negara-negara di kawasan ini, dan di sisi lain sebagai pengukuhan markas imperialis. Kehadiran militer Amerika tersebut juga merupakan implementasi langsung, bukan saja dari sejumlah kesepakatan militer dan keberadaan militer di negara-negara yang ada di kawasan ini, tetapi juga dari sejumlah kesepakatan lain dalam berbagai bentuknya. Kehadiran sejumlah banyak militer imperialis ini didorong oleh sejumlah sebab dan telah menimbulkan berbagai akibat yang buruk.

Sejak Perang Dunia II, muncullah Amerika yang tidak merasa perlu mengikutsertakan Inggris dalam melanjutkan interaksinya dengan Kerajaan Arab Saudi. Sebaliknya, Amerika merasa perlu menghadirkan secara langsung kekuatan militernya setelah berbagai perusahaan minyaknya melemah.
Sebàgaimana diketahui, pada tahun tersebut, yakni pada tahun 1987, di kawasan ini, ‘nyanyian’ tentang adanya senjata pemusnah massal dan senjata biologi tidak pernah terdengar; kekhawatiran atas ancaman Saddarn Hussein terhadap tetangga-tetangganya juga tidak pernah muncul, meskipun saat itu Irak berperang melawan Iran selama 8 tahun. Meskipun demikian, Amerika memobilisasi kekuatan militernya ke wilayah kaya minyak itu. Amerika mulai melatih tentara-tentara marinirnya dan mengerahkan pasukan gerak cepatnya sejak tahun 1980 untuk terlibat dalam Perang Padang Pasir. Amerika juga mulai melakukan sejumlah manuver militer di sekitar Mesir atas nama manuver ‘bintang terang’ dan sebagainya.
SeLanjutnya, penulis kembali mengingatkan sejumlah kesepakatan yang dibuat Amerika dengan sejumlah negara Teluk, khususnya Arab Saudi sebagai negara yang paling besar di kawasan ini. Penulis menyatakan:
Sesungguhnya kesepakatan pertama yang dibuat Amerika dengan Arab Saudi terjadi pada tahun 1933; berkaitan erat dengan perwakilan diplomatik dan konsulat serta perlindungan hukum, perdagangan, dan pelayaran. Kesepakatan kedua dibuat pada tahun 1951 dengan judul, “Kesepakatan Umum ‘Titik Keempat’ (Point Four) yang Khusus Berkenaan dengan Bantuan Teknis Antara Negara Arab Saudi dan Amerika.” Kesepakatan ketiga juga dibuat pada tahun 1951 bagi pembangunan pangkalan militer Amerika yang pertama kalinya di Dhahran. Pada pasal 5 ayat b terdapat pernyataan:
Ekspedisi Amerika hanya boleh melintasi wllayah Dhahran saja. Ini adalah merupakan tambahan atas apa yang disebutkan pada ayat a, yang berkaitan dengan masalah pesawat-pesawat militer Amerika dan pasukan-pasukan militer Amerika.
Sementara itu, pada pasal ke-6 ayat a disebutkan:
Untuk menjamin Iancarnya berbagai aktivitas dan pelayanan teknis secaro baik dan optimal di Bandara Dhahran, utusan Amerika diperkenankan untuk melakukan perbaikan, pengubahan, dan penggantian— semata-mata demi tujuan perbaikan— berbagai perusahaan dan bangunannya. Amerika juga boleh membuat berbagai bangunan dan berbagai kemudahan lainnya di sejumlah landasan terbang dan tempat-tempat pesawat-pesawat terbang; memasang berbagai alat pengintaian udara (radar) dan berbagai alat intelijen tanpa kabel; menyediakan berbagai bantuan penerbangan udaranya yang dipandang penting demi sejumlah tujuan yang dikehendaki dalam kesepakatan ini.
Di dalam kesepakatan ini terdapat sejumlah pasal lain dengan syarat-syarat yang siap menjadi ‘bom waktu’.
Pada tahun yang sama, yakni tahun 1951, juga dibuat kesepakatan khusus yang bertema, “Program Bantuan Pertahanan Timbal Balik.” Perhatikanlah penggunaan istilah ‘timbal-balik’ pada kesepakatan tersebut. Padahal, berkaitan dengan kesepakatan yang dilakukan Saudi pada tahun 1951 untuk pertahanan ‘timbal balik’ itu, orang yang berakal pasti memahami bahwa kesepakatan tersebut meniscayakan pihak yang kuat mendominasi pihak yang lemah. Pada pasal ke-2 dalam kesepakatan tersebut antara lain terdapat pernyataan:
Pemerintah Arab Saudi menyukai untuk mengambil manfaat berupa bantuan produk senjata dari Amerika dan agar Amerika mengirimkan utusan yang terdiri dari pasukan militer laut dan kekuatan udara sesuai dengan bagian-bagian tertentu dari sejumlah program pelatihan serta membuat satu langkah bagi serah-terima senjata-senjata tersebut.
Pada pasal ke-4 disebutkan:
Pemerintah Amerika Serikat siap untuk—berdasarkan pengajuan permintaan bantuan senjata— mengutus sejumlah orang yang memiliki kemampuan dan kapabilitas dari kalangan tentara darat, laut, dan udara Amerika untuk menyelenggarakan pelatihan penggunaan perangkat militer sebagaimana yang diminta dalam kesepakatan.
Pada pasal 5 dinyatakan:
Amerika, sejauh mungkin, akan menerima para pelajar Arab Saudi dan kalangan militernya yang dipandang layak untuk belajar dan mengikuti pelatihan di Amerika.
Pada tahun yang sama juga dibuat “Kesepakatan Khusus Program Bantuan Pendapatan Alami”, yakni pendapatan dari minyak, gas, dan barang tambang/mineral.
Sementara itu, pada tanggal 17 Januari 1951, juga telah dibuat, “Kesepakatan Program Persenjataan Massal” antara Amerika dan Arab Saudi. Kesepakatan tersebut menetapkan bahwa pelaksanaannya disempurnakan melalui utusan kerjasama teknis menteri luar negeri. Pada tahun yang sama, juga ditandatangani, “Kesepakatan Khusus Program Kerjasama Teknis Bidang Pertambangan/Mineral” dan berkaitan dengan pelatihan kerja dan pendidikan.
TanggaL 27 Juni 1953 dibuat kesepakatan di seputar utusan pelatih militer Amerika dan tempat penandatangannya di Makkah. Pasal 4 dari butir-butir kesepakatan tersebut berbunyi:
Kewajiban-kewajiban Dewan Penasihat meliputi upaya membantu dan memberikan konsultasi kepada Menteri Pertahanan dan Penerbangan Kerajaan Arab Saudi serta bagi kesatuan-kesatuan kekuatan bersenjata Arab Saudi dalam sejumlah perkara tertentu dengan membuat Iangkah-langkah, pengaturan, dasar-dasar administrasi, dan metode pelatihan militer sebagai bentuk implementasi kesepakatan Menteni Pertahanan dan Penerbangan Kerajaan dengan kepala Dewan Penasihat. Pelatihan mencakup pula penggunaan berbagai macam senjata, strategi militer, dan logistik. Para anggota Dewan Penasihat dibolehkan—dalam rangka menunaikan berbagai kewajibannya—untuk melakukan infeksi dan penyelidikan militer serta melaksanakan kewajiban-kewajiban lain yang disarankan oleh kepala Dewan Penasihat dan disetujui oleh Menteri Pertahanan dan Penerbangan Kerajaan Saudi.
Pada butir ke-5 juga disebutkan:
Setiap anggota Dewan Penasihat tidak boleh menyebarluaskan cara apa pun kepada pemerintahan asing atau individu mana pun dan dimana pun tanpa diberi hak untuk melakukan penyelidikan atas topik rahasia atau khusus yang telah ditelaah atau disikapi sesuai dengan kedudukannya sebagai anggota Dewan Penasihat.
Sebuah kesepakatan juga telah dibuat berkenaan dengan hak-hak untuk menggunakan Pangkalan Dhahran pada tahun 1957. Pada pasal 1 tercantum pernyataan:
Pemerintah Amerika memahami berbagai penjelasan Yang Mulia Penguasa Saudi kepada Presiden Amerika Eisenhower dan mengakui kebutuhan Kerajaan Saudi untuk memperkuat kekuatan persenjataannya demi tujuan-tujuan pertahanan Kerajaan di Bandara Dhahran.
Selanjutnya, pada awal bulan Maret tahun 1957 dibuat kesepakatan untuk memperluas Pelabuhan ad-Dimam. Pada tanggal 10-13 November tahun 1958 dibuat kesepakatan seputar Pesawat-pesawat terbang Phantom, yang kemudian dibuat sekali lagi pada tanggal 22 Maret tahun 1963. Pada pasal 2 di antaranya terdapat pernyataan:
Tujuan dan penyediaan pesawat-pesawat tersebut adalah demi pertahanan resmi tanah-tanah Kerajaan Saudi melawan musuh sesuai dengan yang disepakati dalam Piagam PBB.
TanggaL 24 Mei 1965 dibuat kesepakatan seputar pengembangan militer yang pada masa depan dipimpin oleh para teknisi Amerika.
TanggaL 4 April tahun 1972 dibuat kesepakatan seputar hak-hak istimewa (previlege) dan perlindungan bagi para pekerja Amerika.
Tanggal 8 Juni 1974 dibuat kesepakatan seputar kerjasasama Amerika-Saudi dalam bidang ekonomi, teknologi, industri, dan suplai bagi Kerajaan sesuai dengan yang dibutuhkan demi tujuan-tujuan pertahanan.
Pada tanggal 4 Juni 1980 dibuat kesepakatan mengenai berbagai kemudahan militer antara Amerika dan penguasa Amman yang mana Amerika memiliki hak untuk menggunakan Pangkalan Amman.
Tahun 1975 dibuat kesepakatan untuk menyewa Pangkalan al-Jafir di Bahrain. Ini adalah untuk memperbarui kesepakatan yang pernah dibuat tahun 1971.
Tanggal 24 Februari 1975, hal-hal yang tidak yang dilanjutkan pada
tanggal 15 Juni tahun yang sama, dibuat kesepakatan antara Kuwait dan Amerika dengan nama, ‘Kerjasama Timbal Balik demi Pertahanan, Bantuan Peralatan, Pelayanan bagi Keperluan Pertahanan, dan Pembangunan Kantor Kerjasama.”
Pada 15-21 Juni 1975 dibuat kesepakatan seputar pembelian senjata dan pelayanan pertahanan antara Amerika dan negara-negara yang tergabung dalam Emirat Arab.
Semua kesepakatan di atas dibuat sebelum Perang Teluk I dan sebelum terjadinya Peristiwa 11 September 2001. Sebagaimana diketahui, kesepakatan militer yang terjadi setelah Perang Teluk dan Peristiwa 11 September 2001 antara Amerika dan negara-negara Teluk dianggap sebagai bentuk pertahanan negara-negara Teluk dalam melawan Irak atau dipandang demi menjaga negara-negara tersebut dari serangan para teroris pasca Peledakan 11 September 2001. Jika demikian, atas dasar apa dibuat berbagai kesepakatan militer tersebut jauh sebelum Perang Teluk dan Peristiwa 11 September 2001? Sebab, tidak ada latar belakang atau sebab yang nyata—yang dapat menyesatkan umat Islam—di seputar berbagai kesepakatan tersebut. Oleh karena itulah, mereka berupaya sekuat tenaga agar berbagai kesepakatan tersebut dapat dilangsungkan secara rahasia antara Amerika dan negara-negara tersebut.

Tulisan di atas tidak mencakup seluruh ketamakan Amerika di seputar Teluk dan kesepakatan yang dibuatnya dengan negara-negara Teluk. Akan tetapi, berbagai kesepakatan Amerika dengan negara-negara di wilayah itu serta berbagai pangkaLan militer tersebut merupakan jalan masuk bagi pangkalan-pangkalan berikutnya yang jauh lebih besar dan lebih berbahaya di Saudi, Qatar, dan lain sebagainya.
Semua kesepakatan dan pangkalan militer yang dibuat di atas adalah sekadar kenyataan yang tersingkap dan tampak ke permukaan. Sementara itu, hal-hal yang tidak tersingkap dari berbagai persekongkolan dan manuver antara Amerika dan para anteknya di negara-negara Teluk adalah jauh lebih besar dan lebih berbahaya. Oleh karena itu, umat dituntut secara sungguh-sungguh untuk senantiasa terikat dengan agamanya serta menjaga berbagai kepentingannya dalam rangka mencegah bercokolnya terus berbagai pangkalan militer yang bisa menjadi sarana untuk membunuh kaum Muslim di wilayah ini. Umat Islam juga harus bersikap tegas dan keras di hadapan para penguasa antek Amerika tersebut yang telah menyerahkan berbagai wilayah darat, laut, dan udaranya kepada Amerika dan sekutunya hingga mereka menyerahkan tanah-tanah kaum Muslim sejengkal demi sejengkal kepada orang-orang kafir penjajah.
Allahlah Penolong orang-orang yang menolong agama-Nya. Allah Swt. berfirman:

Sesungguhnya Allah adalah Mahakuat dan Mahaperkasa. (QS al-Hadid [57]: 25).

Sumber : http://wisnusudibjo.wordpress.com/2008/06/21/pangkalan-militer-amerika-di-timur-tengah-bukti-nyata-pengkhianatan-para-penguasa-arab/

Saudi Tutup Masjid-Masjid Syi’ah


Syi'ah boleh tengah menyebari di daratan Timur-Tengah. Dari Iran, Syi’ah menyebar cepat ke Iraq, Syria, dan Lebanon, namun di Mesir, Syi’ah dinyatakan sebagai aliran sempalan terlarang. Begitu pula dengan Palestina, atau lebih tepatnya di Gaza. Seorang perwakilan Hamas mengatakan dengan tegas, bahwa tak ada Syi'ah dalam perjuangan Gaza.

Nah di Saudi, tak ada kompromi untuk Syi’ah. Pemerintah Saudi sudah sangat jelas menyatakan kalau Syi'ah terlarang di negara ini.

Saat ini dengan tegas, pemerintah Saudi sudah menutup semua masjid-masjid yang diperkirakan dijadikan tempat berkumpulnya kaum Syi’ah. Misalnya saja, Masjid Ismail di Khobar sudah dinyatakan tertutup untuk umum. Pemerintah Saudi memagarinya dengan tembok besar di depan masjid tersebut.

Selain itu, keamanan di Saudi juga terus berjaga-jaga di depan masjid tersebut, dan sudah mengeluarkan larangan resmi kepada warga untuk datang lagi ke tempat itu, dengan tujuan apapun.

Sekelompok kaum Syi’ah yang berjumlah sekitar 12 orang tidak mau pergi dari masjid itu. Akhirnya keamanan pun menangkap dan mengamankannya. (sa/bab/erm).

catatan :

Masjid ditutup, pangkalan Militer US dibiarin
dasar WAHABI perusak umat, musuh dalam selimut umat
Kalian adalah ujian umat zaman ini!!!

Selasa, 13 Oktober 2009

Ironi Besar Arab dan Yahudi di Sepakbola Inggris

Inilah paradox besar dan menyedihkan antara dunia Arab dan Israel. Sementara rakyat Palestina mengeluarkan keringat, darah, dan nyawa menghadapi Israel mempertahankan kehormatan, harga diri dan tanah air, eh di Inggris, terjadi sebaliknya.

Seperti diketahui, para pengusaha dan anggota kerajaan di negeri Arab sekarang ini berbondong-bondong membeli klub sepakbola Premier League. Ada Syeikh Mansour yang memiliki klub Manchester City. Ada pula Pangeran Faisal yanag tengah dalam proses membeli klub Liverpool. Yang terakhir adalah Ali Al Faraj yang membeli klub Porstmouth.

Nah, Ali Faraj ini yang bener-bener kebangetan. Ia—entah dengan pertimbangan apa—kemudian memperkerjakan seorang Israel . Bukan sembarangan orang Israel, karena ia adalah Avram Grant. Grant adalah seorang Yahudi yang pernah melatih klub Chelsea, namun kemudian digantikan oleh Luis Felipe Scolari karena dianggap gagal memenuhi ekspektasi sang pemilik klub, Roman Abramovic.

Di Portsmouth, Grant akan ditunjuk sebagai Direktur Sepakbola klub tersebut untuk durasi dua tahun. Grant sendiri bukanlah orang baru dalam tubuh Portsmouth. Empat tahun lalu, sebelum melatih Chelsea, ia pernah menjabat sebagai Direktur Teknik.

Tampaknya Al Faraj benar-benar bernafsu akan membangun Porstmout seperti Chelsea atau Manchester City. Pada Januari mendatang, ia akan menggelontorkan sejumlah dana untuk merekrut pemain baru.

Al Faraj, kemanakah nurani Anda? Tidakkah Anda lihat sesama orang Islam sekarat oleh Israel, dan kini Anda membayar mahal seorang Yahudi untuk klub sepakbola Anda yang hanya untuk kepentingan dunia dan senang-senang saja? Duh, Arab, Arab. (sa/tpskr)

http://www.eramuslim.com/berita/dunia/ironi-besar-pengusaha-arab-dan-yahudi-di-sepakbola-inggris.htm